
Desa wisata tak hanya menawarkan keindahan alam, tapi juga kekayaan budaya dan tradisi yang memikat. Di berbagai pelosok Indonesia, masih banyak desa wisata yang melestarikan budaya leluhur—mulai dari kesenian rakyat hingga upacara adat—yang kini menjadi daya tarik utama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Warisan budaya ini menjadi kekuatan otentik yang membedakan desa wisata dari destinasi lainnya. Pelestarian ini bukan hanya soal menjaga masa lalu, tetapi juga tentang memperkenalkan identitas lokal kepada dunia.
Tradisi Unik di Desa Wisata yang Masih Dilestarikan
Beberapa desa wisata di Indonesia masih menjaga tradisi yang berakar ratusan tahun. Tradisi ini dijalankan dalam bentuk upacara, ritual keagamaan, maupun kegiatan sosial yang mengikat komunitas.
Contohnya, di Desa Wisata Penglipuran, Bali, wisatawan dapat menyaksikan Ngusaba Kedasa, upacara pembersihan dan doa untuk kesuburan alam. Di Desa Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur, tradisi tinggal bersama dalam rumah adat Mbaru Niang menjadi bukti hidupnya budaya komunal yang ramah dan spiritual.
Tradisi seperti bersih desa, sedekah bumi, dan ruwatan juga masih lestari di desa-desa wisata di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menjadi bagian dari kalender wisata budaya tahunan.
Kesenian Rakyat di Desa Wisata: Dari Karawitan hingga Wayang
Kesenian rakyat adalah napas kehidupan desa. Di desa wisata, kesenian bukan hanya dipertontonkan sebagai atraksi, tapi juga sebagai sarana pendidikan budaya bagi generasi muda.
Di Desa Wisata Pentingsari, Yogyakarta, pengunjung dapat belajar karawitan atau musik gamelan langsung dari para seniman desa. Di Desa Wisata Tembi, masih rutin diadakan pertunjukan wayang kulit lengkap dengan dalang dan sinden.
Di wilayah Sunda, seperti Desa Wisata Cibuntu, Kuningan, seni calung dan angklung sering ditampilkan saat menyambut tamu. Sementara di Sumatera Barat, pengunjung desa wisata bisa menikmati randai—drama musikal tradisional Minangkabau yang menggabungkan tari, silat, dan syair.
Keterlibatan warga lokal dalam kesenian ini menciptakan interaksi autentik dan memperkaya pengalaman wisata berbasis budaya.
Upacara Adat di Desa Wisata: Warisan Leluhur yang Memikat Wisatawan
Upacara adat menjadi simbol kuat hubungan masyarakat desa dengan alam dan leluhurnya. Banyak wisatawan datang ke desa wisata justru untuk menyaksikan langsung upacara-upacara ini yang sarat makna dan visual memukau.
Di Desa Adat Trunyan, Bali, ada tradisi pemakaman unik di mana jenazah tidak dikubur atau dibakar, melainkan diletakkan di bawah pohon Taru Menyan. Aroma alami dari pohon ini membuat jenazah tidak menimbulkan bau busuk.
Di Desa Wisata Baduy, Banten, ritual Kawalu adalah waktu suci bagi masyarakat Baduy Dalam yang tertutup dari dunia luar selama beberapa bulan. Meski tidak semua bagian terbuka untuk umum, wisatawan tetap bisa mempelajari nilai-nilai kearifan hidup yang sederhana dan ekologis.
Sementara itu, Ngaben di Bali, Pesta Lompat Batu di Nias, hingga Ma’Nene di Toraja—semuanya mencerminkan kepercayaan lokal dan spiritualitas tinggi yang masih kuat hingga kini.
Budaya Hidup, Pariwisata Berkelanjutan
Pelestarian budaya dan tradisi lokal di desa wisata bukan hanya menarik dari sisi pariwisata, tetapi juga menjaga identitas bangsa. Dengan terlibat aktif, wisatawan tak hanya menjadi penonton, tapi juga bagian dari proses pewarisan budaya.
Desa wisata yang sukses adalah desa yang mampu menjaga keberlanjutan tradisinya sambil membuka diri pada wisata berbasis edukasi dan pelibatan komunitas. Oleh karena itu, dukungan terhadap desa wisata berarti juga mendukung ketahanan budaya Indonesia.
Sumber : Portal Desa Wisata Indonesia
