KP2MI dan Kemenpar Selaraskan Desa Migran Emas dengan Desa Wisata

Dalam langkah strategis untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa sekaligus penguatan sektor pariwisata nasional, Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) menjalin kerja sama dengan Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang berlangsung di Jakarta pada Senin, 14 Juli 2025.

Kesepakatan ini bertujuan menyelaraskan program Desa Migran Emas dengan program Desa Wisata, yang masing-masing memiliki kekuatan dalam membina potensi desa berbasis tenaga kerja migran dan pariwisata komunitas.

Desa Migran Emas: Perlindungan dan Pemberdayaan dari Akar Rumput

Desa Migran Emas adalah program yang diluncurkan awal tahun 2025 sebagai inisiatif KP2MI bersama Kementerian Ketenagakerjaan. Program ini bertujuan memberikan pelindungan menyeluruh bagi calon pekerja migran Indonesia dan keluarganya, dimulai dari desa asal. Fokus utamanya adalah edukasi, pelatihan, penguatan ekonomi lokal, serta perlindungan hukum bagi pekerja migran.

Desa Migran Emas juga membuka peluang pemberdayaan ekonomi bagi keluarga pekerja migran melalui koperasi, usaha mikro, serta pengembangan usaha berbasis potensi lokal.

Desa Wisata: Destinasi Berbasis Komunitas dan Potensi Lokal

Sementara itu, program Desa Wisata yang dikembangkan Kemenpar menjadi ujung tombak pariwisata berbasis komunitas. Desa-desa ini diarahkan menjadi destinasi wisata unggulan dengan mengedepankan budaya, keindahan alam, dan kearifan lokal.

Dalam pernyataannya, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menekankan pentingnya peran pekerja migran sebagai wajah Indonesia di luar negeri. Oleh karena itu, pemberdayaan mereka tidak hanya berlaku di negara penempatan, tetapi juga saat mereka kembali dan berkontribusi di tanah kelahiran.

Sinergi Dua Program: Peluang Baru untuk Komunitas Desa

Menteri KP2MI, Abdul Kadir Karding, menyampaikan bahwa terdapat banyak titik irisan antara Desa Migran Emas dan Desa Wisata. Dengan mengintegrasikan kedua program ini, akan tercipta model pembangunan desa yang holistik, inklusif, dan berdaya saing global.

Karding juga menyebutkan potensi pengembangan SDM untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor hospitality internasional. Negara-negara seperti Uni Emirat Arab, Maldives, dan negara Eropa menunjukkan permintaan tinggi terhadap pekerja terlatih dari Indonesia.

Namun demikian, ia menegaskan bahwa kebutuhan dalam negeri tetap menjadi prioritas utama. Setelahnya, pelatihan dan kerja sama luar negeri bisa dilakukan untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing global.

Pekerja Migran sebagai Duta Wisata

Kemenpar melihat para pekerja migran sebagai “duta wisata” yang membawa identitas dan budaya Indonesia ke mancanegara. Untuk mendukung peran ini, diluncurkan pelatihan Wonderful Indonesia Hospitality Skills — program pelatihan keterampilan dasar pariwisata bagi calon pekerja migran.

Pelatihan ini bertujuan meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan komunikasi, serta pemahaman nilai-nilai pelayanan dan budaya Indonesia yang akan mereka bawa dalam kehidupan kerja di luar negeri.

Dengan program pelatihan ini, para pekerja migran tak hanya siap secara profesional, tetapi juga menjadi agen promosi budaya dan pariwisata Indonesia secara tak langsung di berbagai negara.

Desa Migran Emas sebagai Pondasi Desa Wisata Masa Depan

Widiyanti menambahkan bahwa Desa Migran Emas dapat menjadi cikal bakal Desa Wisata. Potensi budaya, seni, dan semangat komunitas dari para pekerja migran yang kembali ke desa bisa menjadi kekuatan baru dalam membangun ekosistem pariwisata lokal.

“Melalui kerja sama ini, pariwisata bukan hanya menjadi penggerak ekonomi, tapi juga jembatan budaya, sarana promosi, serta pemersatu komunitas desa,” ujarnya.

Penutup: Jalan Baru Pemberdayaan Desa Berbasis Kolaborasi

Sinergi antara KP2MI dan Kemenpar membuka babak baru dalam pembangunan desa berbasis kolaborasi antarsektor. Desa Migran Emas bukan hanya tentang perlindungan pekerja, tapi juga soal transformasi ekonomi, sosial, dan budaya melalui pariwisata yang inklusif.

Dengan menyelaraskan dua program unggulan ini, pemerintah tidak hanya memperkuat ketahanan desa, tetapi juga membuka jalan bagi desa-desa di Indonesia untuk tumbuh sebagai pusat produktivitas, kreativitas, dan identitas bangsa.

Sumber :

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top