
Desa Wisata Wae Lolos, yang terletak di Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), semakin memperkuat posisinya sebagai destinasi wisata unggulan di luar kawasan utama Labuan Bajo. Selama periode Januari hingga Juni 2025, desa ini berhasil menarik 5.774 wisatawan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Angka ini mencerminkan tren positif dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, sekaligus menunjukkan bahwa minat wisatawan mulai bergeser dari destinasi populer ke lokasi-lokasi yang menawarkan keaslian alam dan budaya lokal.
Keindahan Wae Lolos
Desa Wisata Wae Lolos menawarkan berbagai daya tarik wisata alam yang masih alami dan belum banyak tersentuh pembangunan masif. Lokasi-lokasi seperti Air Terjun Cunca Plias Satu, Air Terjun Cunca Plias Dua, Air Terjun Tiwu Galong, dan Air Terjun Cunca Ri’i menjadi magnet utama bagi para wisatawan yang ingin merasakan ketenangan dan keindahan alam.
Salah satu yang paling unik adalah “Kolam di Atas Awan”, spot eksotis yang kini viral di kalangan pelancong karena menyajikan panorama indah berlatar pegunungan dan kabut yang mengapung tipis—menciptakan kesan seolah berenang di atas awan
Jumlah Kunjungan Wisatawan Meningkat
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Cunca Plias, Robert Perkasa, menyampaikan bahwa peningkatan kunjungan ini membawa angin segar bagi masyarakat lokal. Dari total 5.774 wisatawan yang berkunjung selama semester pertama 2025, 3.209 adalah wisatawan mancanegara dan 2.565 adalah wisatawan nusantara.
“Mayoritas wisatawan asing berasal dari negara-negara Eropa seperti Jerman, Prancis, Belanda, Italia, dan Inggris. Sementara dari Asia, banyak yang datang dari Malaysia, Singapura, India, Tiongkok, dan Jepang,” jelas Robert.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2024, total kunjungan mencapai 11.015 orang, terdiri dari 6.983 wisatawan domestik dan 4.032 wisatawan asing. Data ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang konsisten, meski angka semester pertama 2025 masih setengah dari total tahun sebelumnya.
Daya Tarik: Keaslian Alam dan Budaya Lokal
Robert juga mengungkapkan bahwa wisatawan mancanegara sangat menghargai keaslian alam dan budaya masyarakat Desa Wae Lolos. Desa ini dikelola dengan prinsip pariwisata berkelanjutan dan berbasis komunitas, di mana masyarakat lokal berperan aktif dalam menjaga lingkungan serta menyambut wisatawan dengan ramah.
Wisatawan dapat menyaksikan atraksi budaya tradisional, seperti tarian adat, upacara syukur hasil panen, hingga mengenal kuliner khas Manggarai Barat. Ini menjadi daya tarik tersendiri yang membedakan Wae Lolos dari destinasi wisata lain yang lebih modern.
Wae Lolos, Alternatif di Luar Kawasan Taman Nasional Komodo
Kepala Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan Manggarai Barat, Stefan Jemsifori, mengatakan bahwa pengembangan desa wisata seperti Wae Lolos merupakan bagian dari strategi diversifikasi destinasi wisata. Hal ini bertujuan agar wisatawan tidak hanya terpusat di kawasan Taman Nasional Komodo, tetapi juga mengeksplorasi keindahan daratan Flores.
“Desa Wisata Wae Lolos memiliki atraksi yang lengkap—mulai dari air terjun, budaya, hingga kuliner lokal—yang semuanya dikelola oleh masyarakat. Ini menjadi kekuatan utama dan peluang untuk menjangkau lebih banyak wisatawan,” ujarnya
Harapan ke Depan: Pariwisata yang Berkelanjutan
Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, tantangan ke depan adalah menjaga keseimbangan antara peningkatan ekonomi lokal dan pelestarian alam serta budaya. Pihak Pokdarwis dan pemerintah daerah diharapkan terus bersinergi dalam menjaga kualitas layanan, kebersihan, dan keberlanjutan lingkungan.
Jika dikelola dengan baik, Desa Wisata Wae Lolos berpotensi menjadi salah satu ikon wisata berbasis komunitas di Indonesia yang mampu menarik wisatawan global tanpa kehilangan identitas lokalnya.
Kesimpulan
Peningkatan kunjungan ke Desa Wisata Wae Lolos selama semester pertama 2025 menunjukkan bahwa destinasi wisata berbasis masyarakat memiliki potensi besar untuk berkembang. Dukungan masyarakat lokal, keaslian alam, serta budaya yang terpelihara menjadi faktor kunci daya tarik desa ini.
Dengan pengelolaan yang berkelanjutan dan promosi yang tepat, Wae Lolos bukan hanya menjadi alternatif wisata di luar Labuan Bajo, tetapi juga bisa tumbuh menjadi ikon wisata alam dan budaya di Indonesia bagian timur. Peningkatan kunjungan ini diharapkan terus berlanjut hingga akhir tahun 2025 dan seterusnya, membawa dampak ekonomi positif bagi masyarakat setempat.
