
Yogyakarta – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Pariwisata (Dispar) berkomitmen menjaga daya tarik wisata meskipun menghadapi tantangan efisiensi anggaran. Di tengah keterbatasan tersebut, enam pilar utama pariwisata tetap menjadi andalan untuk memastikan kunjungan wisatawan tetap sesuai target.
Enam Pilar Utama Pariwisata Yogyakarta
Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, menegaskan bahwa pihaknya akan memaksimalkan enam daya tarik wisata sebagai fondasi utama. Keenamnya adalah destinasi, kriya, fesyen, kuliner, event, dan industri pariwisata.
“Dengan menjaga enam pilar tersebut, kami berharap Yogyakarta tetap menjadi magnet wisatawan meskipun festival besar dikurangi,” ujarnya.
1. Destinasi Wisata
Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya dan sejarah. Berbagai destinasi seperti Keraton Yogyakarta, Taman Sari, Malioboro, Museum Sonobudoyo, hingga wisata berbasis kampung kreatif menjadi andalan untuk menarik wisatawan.
Dispar juga telah menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan 58 pengelola destinasi. Mereka didorong untuk meningkatkan kualitas atraksi dan pelayanan sehingga pengalaman wisatawan semakin berkesan.
“Dengan atraksi yang terus terjaga, wisatawan akan menemukan alasan untuk kembali karena tiap destinasi menawarkan pengalaman yang berbeda,” jelas Wahyu.
2. Kriya dan Fesyen
Sektor kriya dan fesyen menjadi identitas khas Kota Yogyakarta. Produk seperti batik, perak Kotagede, hingga kerajinan kulit Manding menjadi daya tarik wisata belanja. Tak hanya bernilai ekonomi, kriya juga merepresentasikan budaya lokal yang tetap relevan di era modern.
Menurut Wahyu, pengembangan kriya dan fesyen dapat mendukung wisata berkelanjutan. Wisatawan tak hanya menikmati destinasi, tetapi juga membawa pulang produk bernilai budaya.
3. Kuliner
Julukan “Kota Gudeg” menjadi bukti kuatnya potensi kuliner Yogyakarta. Selain gudeg, makanan tradisional seperti bakpia, geplak, sate klathak, dan kopi joss menjadi bagian dari paket wisata yang tak terpisahkan.
Kuliner lokal diyakini menjadi salah satu alasan wisatawan menghabiskan waktu lebih lama di Yogyakarta. “Belanja kuliner meningkatkan pengeluaran wisatawan, sehingga berkontribusi langsung pada perekonomian lokal,” tambah Wahyu.
4. Event
Meski tahun ini tidak ada festival besar, Yogyakarta tetap mengandalkan event berskala kecil dan menengah. Festival budaya, pameran seni, hingga kegiatan berbasis komunitas akan tetap digelar agar interaksi budaya tetap hidup.
Wayang Jogja Night Carnival (WJNC) 2025, yang biasanya menjadi puncak HUT Kota Yogyakarta, dipastikan batal digelar. Hal ini menyesuaikan arahan Kementerian Dalam Negeri agar perayaan diganti dengan kegiatan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.
“Festival besar sementara ditiadakan, namun event skala kecil tetap kami dukung agar geliat pariwisata tetap terasa,” kata Wahyu.
5. Industri Pariwisata
Sektor industri pariwisata melibatkan hotel, restoran, biro perjalanan, hingga pemandu wisata. Pemkot memastikan pelayanan prima tetap menjadi prioritas.
“Persepsi positif wisatawan sangat penting. Jika puas, mereka akan merekomendasikan Yogyakarta kepada orang lain dan cenderung menginap lebih lama,” ungkap Wahyu.
Efisiensi Anggaran Tanpa Mengurangi Daya Tarik
Kebijakan efisiensi anggaran membuat Pemkot harus selektif dalam merancang program pariwisata. Meski begitu, Wahyu memastikan kualitas pelayanan dan atraksi tetap dijaga.
“Alhamdulillah, target kunjungan wisatawan masih sesuai rencana. Kami optimistis belanja wisatawan tetap tinggi dan lama tinggal mereka di Yogyakarta semakin panjang,” katanya.
Langkah efisiensi ini juga dipandang sebagai upaya adaptasi. Daripada menggelar festival besar yang hanya berdampak sesaat, Dispar Yogyakarta lebih memilih kegiatan yang manfaatnya langsung dirasakan masyarakat.
Harapan ke Depan
Pariwisata Yogyakarta tak hanya tentang jumlah kunjungan, melainkan juga kualitas pengalaman. Dengan mengandalkan enam pilar utama, Pemkot berharap citra Yogyakarta sebagai kota budaya, sejarah, dan kuliner tetap terjaga di mata wisatawan domestik maupun mancanegara.
“Semoga ke depan Yogyakarta semakin kuat sebagai destinasi unggulan. Efisiensi anggaran tidak boleh mengurangi kualitas pengalaman wisatawan,” tutup Wahyu.
Sumber:antaranews.com
