Budaya dan Tradisi Lokal: Tradisi Unik di Desa Wisata yang Masih Dilestarikan

Selain keindahan alamnya, desa-desa wisata di Kabupaten Serang juga kaya akan budaya dan tradisi lokal yang masih dipelihara dengan baik oleh masyarakat setempat. Tradisi ini bukan sekadar pelengkap wisata, melainkan bagian penting dari identitas desa yang terus dilestarikan lintas generasi.

1. Tradisi Mamaca dan Nukuh di Desa Cikolelet

Di Desa Cikolelet, tradisi mamaca dan nukuh masih hidup dan dipraktikkan dalam upacara adat dan kegiatan komunitas. Mamaca adalah seni membaca doa atau cerita dengan langgam khas Banten, sedangkan nukuh merupakan ritual adat yang berkaitan dengan proses penyembuhan atau pelestarian alam. Tradisi ini sering ditampilkan dalam kegiatan wisata budaya agar pengunjung dapat menyaksikan langsung nilai-nilai spiritual masyarakat setempat.

2. Pencak Silat dan Rudat di Padarincang

Pencak silat bukan hanya olahraga bela diri, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang dijaga di Desa Padarincang. Para pemuda desa dilatih sejak dini untuk melestarikan seni bela diri ini. Selain itu, kesenian rudat dan rebana menjadi hiburan tradisional dalam berbagai acara, mulai dari pernikahan, syukuran, hingga festival desa.

3. Atraksi Bendrong Lesung di Kubangbaros

Salah satu atraksi budaya menarik di Desa Kubangbaros adalah bendrong lesung – pertunjukan musik tradisional yang menggunakan lesung (alat penumbuk padi) sebagai instrumen. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh ibu-ibu di desa dan diiringi tarian serta nyanyian yang meriah. Pengunjung dapat ikut serta dan belajar langsung memainkan alat musik tradisional ini.

4. Tradisi Bacakan dan Panjang Mulud

Di beberapa desa seperti Curuggoong dan Padarincang, ada tradisi makan bersama atau bacakan yang mengedepankan nilai kebersamaan dan gotong royong. Makanan disajikan dalam satu nampan besar dan dinikmati bersama-sama oleh warga maupun wisatawan. Selain itu, Panjang Mulud—perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW—dirayakan dengan meriah melalui arak-arakan, pembacaan sholawat, dan kuliner khas seperti bubur suro massal.

Mengapa Tradisi Ini Penting untuk Dilestarikan?

Pelestarian budaya lokal tak hanya menjaga identitas daerah, tetapi juga meningkatkan daya tarik wisata. Banyak wisatawan domestik dan mancanegara datang ke desa wisata bukan hanya untuk pemandangan alam, tapi juga untuk belajar, merasakan, dan terlibat langsung dalam tradisi masyarakat.

Keterlibatan wisatawan dalam kegiatan budaya juga berdampak positif terhadap perekonomian desa karena membuka peluang usaha lokal, seperti pertunjukan seni, pelatihan batik, hingga penjualan kerajinan tangan.

Kesimpulan 

Budaya dan tradisi lokal adalah aset tak ternilai dalam pengembangan desa wisata. Kabupaten Serang memiliki kekayaan budaya yang autentik dan beragam, mulai dari seni pertunjukan hingga ritual adat yang masih hidup. Dengan mengintegrasikan unsur budaya ke dalam paket wisata, desa-desa di Serang tidak hanya menjadi destinasi liburan, tapi juga pusat pembelajaran budaya Indonesia.

Sumber :radarbanten.co.id

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top